A.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
a)
PRINSIP
SISWA AKTIF
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajr siswa sehiga ia mau belajar. “teaching is the guidance of learning activity, teching is purpose of
aiding the pupil learn” (Burton). dengan demikian aktivitas murid sangat
diperlukan dalam belajar mengajar sehingga siswalah yang banyak aktif, sebab
siswa sebagai subjek didik adalah merencanakan, dan ia sendiri yang
melaksanakan belajar.
Pada kenyataan di sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk
aktif. Begitu pentingnya aktivitas
belajar siswa, dalam proses belajar mengajar. Jhon Deway sebagai tokoh
pendidikan mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan
semboyan “ learning by doing”.
Aktivitas belajar belajar siswa yang
dimaksud adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar
siswa dapat di golongkan ke dalam beberapa hal.
1.
Aktivitas visual sepeti membaca,
menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi.
2.
Aktivitas lisan, seperti bercerita,
membaca sajak, Tanya jawab, diskusi, menyanyi.
3.
Aktivitas mendengarkan, seperti
mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan.
4.
Aktivitas gerak, seperti senam, atletik,
menari, melukis.
5.
Aktivitas menulis, seperti mengarang,
membuat makalah, membuat surat.
Setiap
jenis aktivitas tersebut memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada
segi mana yang akan di capai.
b)
PRINSIP
MOTIVASI
Tujuan untuk belajar diperlukan untuk suatu proses belajar yang terarah.
Motivasi adalah suatu kondisi dari siswa yang memprakarsai kegiatan, mengatur
arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan. Secara alami siswa selalu ingin
tahu dan melakukan kegiatan penjajakan dalam lingkungan.
Berkenaan dengan motivasi ini ada
prinsip yang seyogyanya kita perhatikan:
1)
Individu bukan hanya didorong oleh
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, social dan emosional tetapi
disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari
yang ia miliki saat itu.
2)
Pengetahuan tentang kemajuan yang di
capai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
3)
Dorongan yang mengatur prilaku tidak
selalu jelas bagi siswa, contohnya seorang siswa yang mengharapkan bantuan dari
gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena emosi daripada karena keinginan
untuk mencapai sesuatu.
4)
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur
kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri, seorang siswa yang
termasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
5)
Rasa aman dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan cendrung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat
meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung berbagai factor.
6)
Motivasi bertambah bila para siswa memiliki
alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7)
Kajian dan penguatan guru, orang tua,
dan teman sebaya berpengaruh terhadap motivasi dan prilaku.
8)
Intensif dan hadiah material kadang-kadang
berguna dalam situasi kelas, meskipun ada bahayanya bila siswa belajar karena
ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
9)
Kompetensi dan intensif bisa efektif
dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang kecil kompetisi dapat
mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10)
Sikap yang baik untuk belajar dapat di
capai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
11)
Proses belajar dan kegiatan yang di
kaitkan kepada minat siswa saat itu dapat mempertinggi motivasi.
c)
PRINSIP
PERBEDAAN INDIVIDU
Proses belajar bercorak
ragam bagi setiap orang. Proses pengajaran seyogyanya memperhatikan perbedaan
individual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan
belajar yang setinggi-tingginya.
Berkenaan
dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
a.
Siswa harus dibantu untuk memahami
kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegaiatan, tugas belajar dan
pemenuhan kebutuhan yang betbeda-beda.
b.
Siswa perlu mengenal potensinya dan
seyogyanya dibantu untuk merencanakan
dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
c.
Siswa membutuhkan variasi tugas, bahan,
dan metode, yang sesuai dengan tujuan minat, dan latar belakangnya.
d.
Siswa cendrung memilih pengalaman
belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang bermakna untuknya.
e.
Kesempatan-kesempatan yang tersedia
untuk belajar dapat diperkuat bila individu tidak merasa terancam
lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif
dalam kegiatan belajar.
f.
Siswa yang didorong untuk mengembangkan
kekuatannya akan mau belajar giat dan sunggah-sungguh. Tapi sebaliknya bila
kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya
belajar.
d) PRINSIP KESIAPAN
Proses belajar dipengaruhi kesiapan
siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness
ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal
itu, terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan
mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan, dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang pengalaman,
hasil beljar yang baku, motivasi, persepsi, dan factor-faktor lain yang
memunginkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan prinsip kesiapan ini dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a)
Seseorang individu akan dapat belajar
dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubugannya
dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b)
Kesiapan untuk belajar harus dikaji
bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seorang guru ingin mendapat
gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan
pengetesan kesiapan.
c)
Jika seorang individu kurang memiliki
kesiapan untuk tugas, kemudian tugas itu seyogyanya ditunda sampai dapat
dikembangkan kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.
d)
Kesiapan untuk belajar mencerminkan
jenis dan taraf kesiapan .
e)
Bahan-bahan, kegiatan dan tugas
seyogyanya divariasikan dengan faktof kesiapn kognitif, afektif dan psikomotor
dari berbagai individu.
e) PRINSIP PERSEPSI
“Seseorang cendrung untuk percaya sesuai dengan
bagaimnna ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi
yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengna caranya sendiri yang berbeda
dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi prilaku individu. Seorang guru akan
memahami siswanya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang
melihat suatu situasi tertentu. Berkenaan dengan ini ada beberapa hal yang
penting harus kita perhatikan.
1)
Setiap siswa melihat dunia berbeda dari
yang lainnya karena setia psiswa memilki lingkungan yang berbeda.semua siswa
tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara sama.
2)
Seseorang menafsirkan sesuai dengan
tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya.
3)
Cara bagaimana seseorang melihat dirinya
berpengaruh terhadap prilakunya. Dalam situasi siswa cendrung bertindak sesuai
dengan cara melihat dirinya sendiri.
4)
Siswa dapat dibantu dengan member kesempatan
menilai dirinya. Guru menjadi contoh hidup. Prilaku yang baik tergantung pada
yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
5)
Persepsi dapat berlanjut dengan member
siswa pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
6)
Kecermatan persepsi harus di cek.
Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
f) PRINSIP TUJUAN
“Tujuan
harus tergambar dalam pikiran dan dan di terima oleh siswa pada saat proses
belajar terjadi”. Tujuan ialah sarana khusus yang hendak dicapai oleh seseorang
mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1)
Tujuan seyogyanya mewadahi kemampuan
yang harus di capai.
2)
Dalam menetapkan tujuan seyogyanya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
3)
Siswa akan dapat menerima tujuan yang
dirasa akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4)
Tujuan guru dan tujuan siswa seyogyanya
sesuai.
5)
Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.
6)
Tingkat keterlibatan siswa secara aktif
mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan dapat ia capai.
7)
Perasaan siswa mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi prilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan
merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8)
Tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk siswa. Karena guru harus dapat merumuskan
tujuan dengan jelas dan dapat diterima.
g) PRINSIP TRANSFER DAN RETENSI
“
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan
hasil belajar dalam situasi baru.
Sesuatu yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain.
Berkenaan
dengan proses transfer dan retensi ada beberapa hal yang harus kita ingat.
a)
Tujuan belajar dan daya ingat dapat
memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu
latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
b)
Bahan yang bermakna bagi siswa dapat
diserap dengan baik.
c)
Retensi seseorang yang terbagi-bagi
memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi kedalam unit-unit
kecil ,waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang baik
daripada proses belajar yang berkepanjangan.
d)
Retensi seseorang dipengaruhi oleh
kondisi psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogyanya
dilakukan dalam suasana yang nyata.
e)
Penelahaan bahan-bahan yang factual ,
keterapilan dan kosep meningkatkan retensi dan nilai transfer.
f)
Proses belajar terjadi bila
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
memberikan hasil yang memuaskan.
g)
Sikap pribadi, perasaan, atau suasana
emosi para pelajar, dapat menghasilkan proses peluapan hal-hal tertentu..
h)
Proses saling mempengaruhi dalam belajar
akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
i)
Pengetahuan tentang konsep , prisip, dan
generalisasi, dapat diserap denag dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan
memberikan ilustrasi unsur-unsur yang sempurna.
j)
Transfer hasil belajar dalam situasi
baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat
dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama di buat.
k)
Tahap proses belajar seyogyangya memasukkan
usaha untuk menarik generasi yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat
retensi dan transfer.
h) PRINSIP BELAJAR KOGNITIF
“Belajar
kognitif melibatkan proses pengenalan dan taua penemuan.” Belajar kognitif
mencakup asosiasi antar unsue, pembentukan konsep, penemuan dan keterampilan memecahkan
masalah yang selanjutnya membentuk prilaku.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1)
Hasil belajar kognitif akan bervariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
2)
Bentuk-bentuk kesiapan pembedaharaan
kata, kemampuan membaca, kecakapan , dan pengalaman berpengaruh langsung
terhadap proses belajar kognitif.
3)
Pengalaman belajar harus terorganisasi
ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
4)
Bila menyajikan konsep, kebermaknaan,
dari konsep amatlah penting.
5)
Dalam pemecahan masalah para pelajar
harus di bantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan
informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisa masalah dan memungkinkan
berfikir menyebar.
i)
PRINSIP
BELAJR AFEKTIF
Proses
belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menhubungkan dirinya dengan
pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan
sikap.
Berkenaan
denagan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
proses belajar afektif.
1.
Hampir semua situasi kehidupan
mengandung aspek afektif.
2.
Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan
diri dan member reaksi terhadap situasi akan member dampak dan pengaruh
terhadap proses belajar afektif.
3.
Sutu waktu, nilai-nilai yang penting
yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.
4.
Sikap dan nilai sering diperoleh melalui
proses identifikasi dari orang bukan sebagi hasil belajar langsung.
5.
Sikap lebih mudah dibentuk karena
pengalaman yang menyenangakan .
6.
Nilai yang ada pada diri individu
dipengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
7.
Proses belajar di sekolah dan kesehatan
mental memiliki hubungan yang erat.
8.
Belajar efektif dapat dikembangkan
melalui interaksi guru dengan siswa.
9.
Pelajar peril dibantu agar lebih matang
dengan cara membantu mereka dn memahami sikap, peranan, dan emosi.
j) PRINSIP BELAJAR PSIKOMOTOR
Proses
belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalaikan aktivitas ragawinya. Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Berkenaan
dengan itu ada beberpa hal yang perlu diperhatikan.
a.
Didalam tugas suatu kelompok akan
menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
b.
Pengembangan psikomotor anak tertentu
terjadi tidak beraturn.
c.
Struktur ragawi dan sisem syaraf
individu membantu menentukan penampilan psikomotor.
d.
Melalui bermain dan aktivitas informasi
para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol geraknya lebih cepat.
e.
Dengan kematangan fisik dan mental
kemampuan pelajar untuk memadukan memperhalus geraknya akan lebih dapat
diperluas.
f.
Factor lingkungan memberikan pengaruh
terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.
g.
Penjelasan yang baik, demonstrasi, dan
partisipasi aktif belajr dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
h.
Latihan yang cukup diberikan dalam
rentang waktu tertentu proses belajar psikomotor.
i.
Tugas-tugas psikomotor yang terlalu
sukar bagi pelajar menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih
cepat.
k) PRINSIP BELAJAR EVALUASI
Jenis
cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya.evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi
belajar, dan kesiapan untuk belajar.
Berkenaan
dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.
Evaluasi memberi arti pada proses
belajar dan member arag baru pada pelajar.
2.
Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi
maka peran evaluasi menjadi begitu penting bagi pelajar.
3.
Latihan penilaian, guru dapat
mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
4.
Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap
bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran dan perasaan.
5.
Kekurangan evaluasi dapat mengurangi
kemampuan guru dalam melayani muridnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar