Senin, 10 Desember 2012

PERKEMBANGAN MORAL


 HAKEKAT PERKEMBANGAN MORAL

Moral merupakan ujaran yang berhubungan dengan baik dan buruk, perbuatan yang boleh dilakukan dan yang di larang. Moral merupakan alat kontrol dalam berbuat dan bertingkah laku dalam berbagai variasi. Perkembangan moral seseorang akan di tentukan oleh lingkungan  dimana ia berada, watak atau kemampuan untuk bertindak. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.

HAKEKAT ANAK USIA DINI


HAKEKAT ANAK USIA DINI

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR


A.            PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

a)        PRINSIP SISWA AKTIF
         Mengajar adalah membimbing kegiatan belajr siswa sehiga ia mau     belajar. “teaching is the guidance of learning activity, teching is purpose of aiding the pupil learn” (Burton). dengan demikian aktivitas murid sangat diperlukan dalam belajar mengajar sehingga siswalah yang banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
          Pada kenyataan di sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif  sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Begitu  pentingnya aktivitas belajar siswa, dalam proses belajar mengajar. Jhon Deway sebagai tokoh pendidikan mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan “ learning by doing”.
           Aktivitas belajar belajar siswa yang dimaksud adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat di golongkan ke dalam beberapa hal.
1.      Aktivitas visual sepeti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi.
2.      Aktivitas lisan, seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi, menyanyi.
3.      Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan.
4.      Aktivitas gerak, seperti senam, atletik, menari, melukis.
5.      Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi mana yang akan di capai.

b)            PRINSIP MOTIVASI
        Tujuan untuk belajar diperlukan untuk suatu proses belajar yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari siswa yang memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan. Secara alami siswa selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajakan dalam lingkungan.
Berkenaan dengan motivasi ini ada prinsip yang seyogyanya kita perhatikan:
1)      Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, social dan emosional tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat itu.
2)      Pengetahuan tentang kemajuan yang di capai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
3)      Dorongan yang mengatur prilaku tidak selalu jelas bagi siswa, contohnya seorang siswa yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena emosi daripada karena keinginan untuk mencapai sesuatu.
4)      Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri, seorang siswa yang termasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
5)      Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cendrung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung berbagai factor.
6)      Motivasi bertambah bila para siswa memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7)      Kajian dan penguatan guru, orang tua, dan teman sebaya berpengaruh terhadap motivasi dan prilaku.
8)      Intensif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, meskipun ada bahayanya bila siswa belajar karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
9)      Kompetensi dan intensif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10)  Sikap yang baik untuk belajar dapat di capai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
11)  Proses belajar dan kegiatan yang di kaitkan kepada minat siswa saat itu dapat mempertinggi motivasi.

c)                PRINSIP PERBEDAAN INDIVIDU
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang. Proses pengajaran seyogyanya memperhatikan perbedaan individual  dalam kelas sehingga dapat memberi  kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
a.         Siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan    dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegaiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang betbeda-beda.
b.        Siswa perlu mengenal potensinya dan seyogyanya dibantu untuk  merencanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
c.         Siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode, yang sesuai dengan tujuan minat, dan latar belakangnya.
d.        Siswa cendrung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang bermakna untuknya.
e.         Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
f.         Siswa yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar giat dan sunggah-sungguh. Tapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya belajar.

d)     PRINSIP KESIAPAN
             Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu, terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan, dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang pengalaman, hasil beljar yang baku, motivasi, persepsi, dan factor-faktor lain yang memunginkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a)    Seseorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubugannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b)   Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
c)    Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk tugas, kemudian tugas itu seyogyanya ditunda sampai dapat dikembangkan kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
d)   Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan .
e)    Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogyanya divariasikan dengan faktof kesiapn kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.

e)      PRINSIP PERSEPSI
“Seseorang cendrung untuk percaya sesuai dengan bagaimnna ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengna caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi prilaku individu. Seorang guru akan memahami siswanya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. Berkenaan dengan ini ada beberapa hal yang penting harus kita perhatikan.
1)      Setiap siswa melihat dunia berbeda dari yang lainnya karena setia psiswa memilki lingkungan yang berbeda.semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara  sama.
2)      Seseorang menafsirkan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya.
3)      Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap prilakunya. Dalam situasi siswa cendrung bertindak sesuai dengan cara melihat dirinya sendiri.
4)      Siswa dapat dibantu dengan member kesempatan menilai dirinya. Guru menjadi contoh hidup. Prilaku yang baik tergantung pada yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
5)      Persepsi dapat berlanjut dengan member siswa pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
6)      Kecermatan persepsi harus di cek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.

f)       PRINSIP TUJUAN
“Tujuan harus tergambar dalam pikiran dan dan di terima oleh siswa pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sarana khusus yang hendak dicapai oleh seseorang mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1)      Tujuan seyogyanya mewadahi kemampuan yang harus di capai.
2)      Dalam menetapkan tujuan seyogyanya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
3)      Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasa akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4)      Tujuan guru dan tujuan siswa seyogyanya sesuai.
5)      Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.
6)      Tingkat keterlibatan siswa secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan dapat ia capai.
7)      Perasaan siswa mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi prilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8)      Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk siswa. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima.

g)      PRINSIP TRANSFER DAN RETENSI
“ Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil  belajar dalam situasi baru. Sesuatu yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa hal yang harus kita  ingat.
a)      Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
b)      Bahan yang bermakna bagi siswa dapat diserap dengan baik.
c)      Retensi seseorang yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi kedalam unit-unit kecil ,waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang baik daripada proses belajar yang berkepanjangan.
d)     Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogyanya dilakukan dalam suasana yang nyata.
e)      Penelahaan bahan-bahan yang factual , keterapilan dan kosep meningkatkan retensi dan nilai transfer.
f)       Proses belajar terjadi bila kegiatan-kegiatan  yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskan.
g)      Sikap pribadi, perasaan, atau suasana emosi para pelajar, dapat menghasilkan proses peluapan  hal-hal tertentu..
h)      Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
i)        Pengetahuan tentang konsep , prisip, dan generalisasi, dapat diserap denag dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang sempurna.
j)        Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama di buat.
k)      Tahap proses belajar seyogyangya memasukkan usaha untuk menarik generasi yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

h)     PRINSIP BELAJAR KOGNITIF
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan taua penemuan.” Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsue, pembentukan konsep, penemuan dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1)      Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
2)      Bentuk-bentuk kesiapan pembedaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan , dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
3)      Pengalaman belajar harus terorganisasi ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
4)      Bila menyajikan konsep, kebermaknaan, dari konsep amatlah penting.
5)      Dalam pemecahan masalah para pelajar harus di bantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisa masalah dan memungkinkan berfikir menyebar.

i)        PRINSIP BELAJR AFEKTIF
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menhubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan sikap.
Berkenaan denagan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif.
1.      Hampir semua situasi kehidupan mengandung aspek afektif.
2.      Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan member reaksi terhadap situasi akan member dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3.      Sutu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.
4.      Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang bukan sebagi hasil belajar langsung.
5.      Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangakan .
6.      Nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
7.      Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat.
8.      Belajar efektif dapat dikembangkan melalui interaksi guru dengan siswa.
9.      Pelajar peril dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka dn memahami sikap, peranan, dan emosi.

j)       PRINSIP BELAJAR PSIKOMOTOR
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu  mengendalaikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Berkenaan dengan itu ada beberpa hal yang perlu diperhatikan.
a.       Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
b.      Pengembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturn.
c.       Struktur ragawi dan sisem syaraf individu membantu menentukan penampilan psikomotor.
d.      Melalui bermain dan aktivitas informasi para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol geraknya lebih cepat.
e.       Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan memperhalus geraknya akan lebih dapat diperluas.
f.       Factor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.
g.      Penjelasan yang baik, demonstrasi, dan partisipasi aktif belajr dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
h.      Latihan yang cukup diberikan dalam rentang waktu tertentu proses belajar psikomotor.
i.        Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.

k)     PRINSIP BELAJAR EVALUASI
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar, dan kesiapan untuk belajar.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.      Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan member arag baru pada pelajar.
2.      Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi menjadi begitu penting bagi pelajar.
3.      Latihan penilaian, guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
4.      Evaluasi terhadap  kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran dan perasaan.
5.      Kekurangan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya.